Malam Lailatul Qadar dan Malam Isra Mi’raj, Mana Lebih Mulia?
BincangSyariah.Com– Malam Lailatul Qadar dan malam Isra Mi’raj, mana lebih mulia? Itu di antara pertanyaan yang sering ditanyakan masyarakat umum. Pasalnya, kita tahu, malam lailatul qadar memiliki kebaikan lebih dari seribu bulan. Pada sisi lain, Isra dan Mi’raj juga demikian, peristiwa agung yang berujung perintah untuk shalat.
Banyak sekali terjadi fenomena-fenomena atau peristiwa agung yang terjadi pada malam hari, sebutlah semisal turunnya Alquran pada malam lailatul qadar atau bersuanya Nabi Muhammad SAW dengan Allah SWT pada malam mi’raj atau isra’nya nabi dari Mekah menuju Palestina dengan menaiki Burok yang mana kecepatannya melebihi dari intensitas cahaya yang ada sekarang.
Lebih Utama; Malam Lailatul Qadar dan Malam Isra Mi’raj?
Untuk menjawab terkait mana lebih utama antara malam lailatul qadar atau Isra Mi’raj, maka jawabannya adalah diperinci yakni jika dalam konteks Nabi Muhammad SAW maka tentunya yang lebih utama adalah malam Isra Mi’raj dari pada malam Lailatul Qadar, sedang jika pernyataan ini disodorkan pada umatnya maka yang lebih utama adalah malam Lailatul Qadar dari pada malam Isra Mi’raj.
Pernyataan ini disampaikan oleh banyak ulama, di antaranya adalah Syekh Abdul Hamid al-Syarwani salah seorang muhassyi kitab Tuhfah. Beliau menjelaskan alasan mengapa bisa demikian berikut penuturannya;
وَالْحَاصِلُ أَنَّ أَفْضَلَ الْأَيَّامِ عِنْدَنَا يَوْمُ عَرَفَةَ، ثُمَّ يَوْمُ الْجُمُعَةِ، ثُمَّ يَوْمُ عِيدِ الْأَضْحَى، ثُمَّ يَوْمُ عِيدِ الْفِطْرِ وَأَنَّ أَفْضَلَ اللَّيَالِي لَيْلَةُ الْمَوْلِدِ الشَّرِيفِ، ثُمَّ لَيْلَةُ الْقَدْرِ، ثُمَّ لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ، ثُمَّ لَيْلَةُ الْإِسْرَاءِ هَذَا بِالنِّسْبَةِ لَنَا وَأَمَّا بِالنِّسْبَةِ لَهُ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَلَيْلَةُ الْإِسْرَاءِ أَفْضَلُ اللَّيَالِي؛ لِأَنَّهُ رَأَى فِيهَا رَبَّهُ بِعَيْنَيْ رَأْسِهِ عَلَى الصَّحِيحِ وَاللَّيْلُ أَفْضَلُ مِنْ النَّهَارِ شَيْخُنَا
Jadi hari yang paling utama dalam Mazhab Syafi’i adalah hari Arafah, kemudian diiringi hari Jumat, hari Idul Adha dan hari Idul Fitri.
Adapun dalam konteks malam hari, maka yang paling utama adalah malam Maulid Nabi, kemudian diiringi malam Lailatul Qadar, malam Jumat dan malam Isra Mi’raj, hanya saja runtutan ini berlaku bagi konteks kita yakni umatnya nabi Muhammad SAW.
Adapun dalam konteks beliau saw maka yang lebih utama adalah malam Isra, karena pada malam tersebut itu beliau melihat Tuhannya dengan kedua mata kepalanya sendiri (menurut pendapat yang shahih).
Dan pada intinya malam itu lebih utama daripada siang hari, demikian menurut penuturan guru kami Syekh Ibrahim al-bajuri. (Hawasyi Syarwani ala Al-Tuhfat, Juz 2 Halaman 405)
Pandangan beliau ini juga diusung oleh akademisi Syafi’iyah yang lain yakni Syekh Sulaiman Al Jamal menyatakan;
وَذَهَبَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ إلَى أَنَّهُ أَفْضَلُ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ اهـ. ح ل وَأَمَّا عِنْدَنَا فَيَوْمُ عَرَفَةَ أَفْضَلُ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَتُهَا أَيْ الْجُمُعَةُ أَفْضَلُ لَيَالِيِ الْأُسْبُوعِ كَمَا أَنَّ يَوْمَهَا أَفْضَلُ أَيَّامِهِ وَلَيْلَةُ الْقَدْرِ أَفْضَلُ مِنْ لَيْلَتِهَا وَلَيْلَةُ الْإِسْرَاءِ فِي حَقِّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَفْضَلُ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ لِرُؤْيَتِهِ ذَاتَهِ تَعَالَى بِعَيْنِ بَصَرِهِ. وَأَمَّا فِي حَقِّنَا فَلَيْلَةُ الْقَدْرِ أَفْضَلُ مِنْهَا وَلَيْلَةُ مَوْلِدِهِ – عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ – أَفْضَلُ مِنْ اللَّيْلَتَيْنِ وَالْمُرَادُ بِلَيْلَةِ الْإِسْرَاءِ وَلَيْلَةِ الْمَوْلِدِ اللَّيْلَتَانِ الْمُعَيَّنَتَانِ لَا نَظَائِرُهُمَا مِنْ كُلِّ سَنَةٍ اهـ. شَيْخُنَا ح ف.
“Menurut mazhab Hambali yang lebih utama itu adalah hari Jumat, sedang menurut Mazhab Syafi’i yang utama adalah hari Arafah daripada hari Jumat. Dan malam Jumat itu merupakan malam yang paling mulia di antara malam lainnya dalam hitungan mingguan sebagaimana hari Jumat itu juga hari yang paling mulia di antara hari lainnya dalam hitungan mingguan, dan malam Lailatul Qadar itu lebih utama daripada malam Jumat.
Hanya saja Malam Isra Mi’raj itu lebih utama daripada malam Lailatul Qadar dalam konteks Nabi Muhammad SAW, Karena pada malam tersebut itu beliau melihat Tuhannya dengan matanya sendiri.
Adapun dalam konteks kita sebagai umatnya, maka malam Lailatul Qadar itu lebih utama daripada malam Isra Mi’raj. Dan malam maulid nabi itu lebih utama daripada kedua malam tadi, yakni malam Lailatul Qadar dan malam Isra Mi’raj.
Adapun yang dimaksud dengan malam Isra Mi’raj dan malam Maulid Nabi itu adalah hari di mana peristiwa tersebut terjadi, bukan hari yang sama (pengulangan hari pada tiap tahunnya) pada peristiwa tersebut, demikian penjelasan dari guru kami Syekh al-hafnawi.” (Hasyiyah Al-Jamal, Juz 2 Halaman 3)
Sementara itu, Ibnu Hajar Al-Asqalani, sebagaimana dikutip oleg Syekh Sulaiman Al-Bujairimi memilih pendapat bahwa lailatul qadar lebih utama, sebagaimana redaksi berikut;
وَفَضَّلَهُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ مُطْلَقًا حَتَّى عَلَى عَرَفَةَ كَمَا قَالَهُ أج قَالَ ز ي وَفِي خَبَرِ الْبَيْهَقِيّ «إنَّ يَوْمَهَا سَيِّدُ الْأَيَّامِ وَأَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ يَوْمِ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى» وَعِبَارَةُ الرَّحْمَانِيِّ: يَوْمُهَا أَفْضَلُ الْأَيَّامِ بَعْدَ عَرَفَةَ، وَلَيْلَتُهَا أَفْضَلُ اللَّيَالِي بَعْدَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَرَجَّحَ الْحَافِظُ حَجّ تَفْضِيلَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ عَلَى لَيْلَةِ الْإِسْرَاءِ… وَلَعَلَّ الْمُرَادَ أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ أَفْضَلُ مِنْ لَيْلَةِ الْإِسْرَاءِ بِالنِّسْبَةِ لَنَا، أَمَّا بِالنِّسْبَةِ لَهُ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَلَيْلَةُ الْإِسْرَاءِ أَفْضَلُ إذْ وَقَعَ لَهُ فِيهَا رُؤْيَةُ الْبَارِي تَعَالَى بِعَيْنِ رَأْسِهِ عَلَى الصَّحِيحِ.
“Imam Ahmad bin hambal lebih mengutamakan hari Arafah daripada hari Jumat demikian menurut penuturan dan juga sebagaimana khobar yang diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi yang berbunyi sesungguhnya “hari Arofah itu adalah hari yang paling Agung daripada hari lainnya dan juga hari yang paling utama menurut Allah SWT daripada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha”.
Menurut penuturan Ar-rahmani, hari Jumat itu adalah hari yang paling utama setelah hari Arafah dan malamnya itu merupakan malam yang paling utama setelah malam Lailatul Qadar.
Hanya saja Al Hafidz Ibnu Hajar itu mengunggulkan bahwasanya malam Lailatul Qadar itu lebih utama daripada malam Lailatul Isra’. Namun tetap sebagaimana koridor yang berlaku yakni dalam konteks Nabi Muhammad SAW yang paling utama adalah malam Isra Mi’raj.
Sebab pada hari tersebut beliau melihat Allah SWT dengan mata telanjang sedang dalam konteks umatnya maka yang lebih utama adalah malam Lailatul Qadar.” (Hasyiyah al-Bujairimi ala al-Khatib, Juz 2 Halaman 181)
Argumentasi semacam ini bukan hanya ada dalam Mazhab Syafi’i, dalam pandangan mazhab lain semisal Hambali itu juga berpendapat demikian. Yakni Ibnu Taimiyah dan juga muridnya yang bernama Ibnu Qayyim al-Jauziyah juga mengamini pendapat bahwa untuk umat Nabi Muhammad tentu malam Lailatul Qadar, sedangkan untuk Nabi sendiri, malam Mi’raj lebih utama.
Ibnu Taimiyah sendiri pernah ditanya mengenai persoalan ini berikut adalah teks aslinya;
َسُئِلَ – رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى – عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَلَيْلَةِ الْإِسْرَاءِ بِالنَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَيُّهُمَا أَفْضَلُ؟ فَأَجَابَ: بِأَنَّ لَيْلَةَ الْإِسْرَاءِ أَفْضَلُ فِي حَقِّ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَلَيْلَةُ الْقَدْرِ أَفْضَلُ بِالنِّسْبَةِ إلَى الْأُمَّةِ، فَحَظُّ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – الَّذِي اخْتَصَّ بِهِ لَيْلَةَ الْمِعْرَاجِ مِنْهَا أَكْمَلُ مِنْ حَظِّهِ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَحَظُّ الْأُمَّةِ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَكْمَلُ مِنْ حَظِّهِمْ مِنْ لَيْلَةِ الْمِعْرَاجِ وَإِنْ كَانَ لَهُمْ فِيهَا أَعْظَمُ حَظٍّ.
“Ibnu Taimiyah ditanya mengenai mana yang lebih utama antara lailatul qadar atau malam Isra Mi’raj, beliau menjawab;
“Malam Isra’ lebih utama pada hak Nabi saw dan malam lailatul qadr lebih utama dari sisi untuk ummat, maka keuntungan Nabi saw di malam mi’raj lebih sempurna dibandingkan malam lailatul qadr dan keuntungan untuk ummat dari lailatul qadr itu lebih sempurna dari keuntungan pada malam mi’raj.” (Al-Fatawa al-Kubro, Juz 2 Halaman 477)
Pernyataan beliau ini diafirmasi oleh muridnya, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah juga berpendapat demikian. Berikut pernyataannya;
إِنَّ لَيْلَةَ الْإِسْرَاءِ فِي حَقِّ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَلَيْلَةُ الْقَدْرِ بِالنِّسْبَةِ إِلَى الْأُمَّةِ أَفْضَلُ مِنْ لَيْلَةِ الْإِسْرَاءِ، فَهَذِهِ اللَّيْلَةُ فِي حَقِّ الْأُمَّةِ أَفْضَلُ لَهُمْ، وَلَيْلَةُ الْإِسْرَاءِ فِي حَقِّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ لَهُ.
“Malam Isra’ lebih utama bagi Nabi saw, sedang malam lailatul qadr lebih utama bagi ummatnya. Yakni jika lailatul qadar dan malam Isra’ disodorkan pada Nabi Saw, maka yang lebih utama adalah malam Isra’ mi’raj. Lain halnya dengan ummatnya yang justru berbanding terbalik dengannya.” (Zad al-ma’ad fi Hady Khair al-Ibad, Juz 1 Halaman 59)
Dengan demikian bisa diketahui bahwasanya lebih utama malam Isra Mi’raj Daripada malam Lailatul Qadar bagi baginda Rasulullah Saw, Karena pada malam tersebut itu beliau melihat Allah SWT dengan mata kepalanya sendiri.
Sedang bagi umatnya maka yang lebih utama adalah malam Lailatul Qadar Daripada malam Isra Mi’raj, karena ibadah pada malam lailatul qadar itu dilipatgandakan menjadi 1000 Bulan. Wallahu a’lam, semoga bermanfaat.
Terkait
Desain Rumah Kabin
Rumah Kabin Kontena
Harga Rumah Kabin
Kos Rumah Kontena
Rumah Kabin 2 Tingkat
Rumah Kabin Panas
Rumah Kabin Murah
Sewa Rumah Kabin
Heavy Duty Cabin
Light Duty Cabin
Source link